'Arusyah (Boneka Pengantin), Sumber: Youm 7 |
Di akhir bulan Safar, toko-toko kelontongan,
supermarket, dan tenda di pinggir jalan mulai dipenuhi pernak-pernik khas
Maulidan. Ada boneka yang memakai gaun pengantin berjejer, beraneka ragam. Dari
yang kecil hingga boneka pengantin berukuran besar. Ada banyak Halawiyyat (Manisan).
Dan Halwa (Manisan) berbentuk Kuda.
Harga boneka pengantin bermacam-macam,
tergantung dari ukuran dan hiasan yang dipakai. Berkisar antara 21 sampai
diatas 200 LE (Kurs normal 1 LE = Rp. 1700) . Siapa sangka boneka cantik ini terbuat dari gula, kemudian
dicetak, dihias dengan kain dan kertas warna warni, hingga mirip gaun pengantin.
Tenda-tenda digelar di pinggir jalan, menyediakan pernak-pernik khas Maulid |
Akhir-akhir ini, ada larangan pembuatan boneka
khas maulid yang terbuat dari gula, dikarenakan faktor kesehatan terutama bagi
anak-anak. Meski begitu, para pengrajin boneka tetap menggeluti profesinya dan terus
menjual boneka yang terbuat dari gula demi melestarikan budaya Mesir. Rata-rata
pengrajin ini memiliki keahlian turun temurun yang diwariskan leluhurnya.
Berhubung ada larangan pembuatan boneka yang
terbuat dari gula tadi, sehingga di pasaran banyak ditemukan boneka pengantin
yang terbuat dari plastik. Lebih menarik dan banyak inovasi baru. Akan tetapi masyarakat
Mesir terutama yang masih memegang erat
adat tetap memilih boneka pengantin yang terbuat dari gula lantaran merupakan
ciri khas budaya Mesir yang patut dijaga.
Boneka ini diperuntukkan sebagai hadiah bagi
anak-anak mulai dari usia 1 tahun hingga usia dewasa. Orang tua membelikan
hadiah buat putrinya. Saling tukar hadiah antar kerabat, sahabat, dan tetangga.
Juga dijadikan hadiah oleh pemuda bagi tunangan calon istrinya.
Selain Boneka pengantin, ada pula Halawiyyat (Manisan) khas Maulid. Halawiyyat ini beraneka ragam. Ada yang terbuat dari wijen, kacang tanah, susu, kacang humus dll. Satu kilonya dipatok dengan harga 28 LE.
Halawiyyat Khas Maulid, Sumber: Yaom 7 |
Halwa
(Manisan) yang berbentuk kuda juga merupakan khas Maulid rakyat Mesir. Kuda mewakili gambaran Al-Hakim
Bi Amrillah, pemimpin Mesir pada masa Fatimiyyah. Pada masa itu, ada
kebijaksanaan Al-Hakim yang dirasa “aneh” yaitu melarang rakyatnya mengadakan
perayaan apapun termasuk perayaan pernikahan, kecuali perayaan peringatan
Maulid Nabi yang dibolehkan. Jadilah rakyat Mesir menyatukan moment pernikahan
diadakan saat Maulid Nabi Muhammad Saw. Kemudian membuat manisan berbentuk kuda
yang menggambarkan seorang ksatria menunggangi kuda yang menjemput sang putri untuk
bersama-sama ke rumah impian mereka.
Sedangkan ‘Arusyah (boneka pengantin perempuan),
saat itu Alhakim sangat mencintai salah satu istrinya. Saat perayaan Maulid,
istrinya ini diajak turut serta hadir dalam acara dengan mengenakan gaun
pengantin yang indah serta memakai mahkota yasmin. Rakyat Mesir terinspirasi membuat
manisan yang menggambarkan sosok pemimpinnya dengan mengejawantahkannya dalam bentuk halwa
kuda (manisan) dan ‘Arusyah (boneka pengantin perempuan); Boneka ‘Arusyah sebagai putri
mahkota, istri Alhakim. Dan kuda adalah Ksatria Al-Hakim yang menunggangi
seekor kuda. Sejak saat itulah ‘Arusyah
(boneka pengantin), Halwa kuda, dan Halawiyyat (manisan) menjadi simbol
maulid Nabi rakyat Mesir hingga sekarang.
Halwa berbentuk kuda |
Peringatan Maulid Nabi di Mesir pertama kali digelar pada masa Khalifah Fatimiyyah Al-Muiz Li-Dinillah Tahun 973 H. Pemandangan maulid Nabi di Mesir dari masa itu hingga kini tak ada yang berubah. Masjid-masjid dihias dan dibangun di depannya tenda-tenda, terutama masjid yang berada di Kairo, provinsi-provinsi Mesir, serta pemukiman perkampungan rakyat Mesir. Tepat pada tanggal 12 Rabi’ul awal diadakan peringatan Maulid di masjid-masjid besar, terutama di masjid Husen ra., masjid Sayyidah Zainab ra dll. Acaranya diisi tausiyyah, nasyid puji-pujian terhadap Nabi Saw, pembagian halawiyyat dan makanan. Walaupun begitu, tidak semuanya mengadakan maulid Nabi di tanggal tersebut, akan tetapi sebagian masjid dan halaqoh pengajian mengadakannya di waktu kapan pun selama bulan Rabi’ul Awal.
Masjid Sayyidah Zainab saat Maulid, Sumber: Al-Wathan |